Sejarah Masjid – Masjid Nurul Ilmi UNM
  • Selamat Datang di Website Resmi Masjid Nurul Ilmi UNM Makassar - “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS. Al-Ankabut: 45) – Yuk jaga shalat kita! - Harta yang disedekahkan tidak akan berkurang – (HR. Muslim) – Mari berbagi lewat infak masjid. - Dekatkan diri kepada Allah di setiap waktu, karena hati yang tenang hanya dengan mengingat-Nya (QS. Ar-Ra’d: 28).
Sabtu, 25 Oktober 2025

Sejarah Masjid

Bagikan

SEJARAH MASJID NURUL ILMI KAMPUS UNM GUNUNG SARIBARU MAKASSAR

Penulis :

Drs. H. Abdul Mannan, MS.

(Ketua Pengurus BKM Nurul Ilmi Periode 2017-2019)

PENGANTAR PENULIS

Penulis berinisiatif menulis sejarah Masjid Nurul Ilmi karena ternyata dibutuhkan juga dalam beberapa hal. Pada masa kepengurusan penulis (2017-2019) diketahui bahwa ternyata masjid Nurul Ilmi belum terdaftar di Departemen Agama Kota Makassar dan untuk mendaftarkan maka harus menyertakan sejarah pembangunan masjid. Keinginan menulis sejarah masjid Nurul Ilmi pernah juga penulis sampaikan kepada Prof. Hanafi, beliau merespon dengan baik agar bisa dibaca anak-anak generasi penerus katanya. Tetapi karena kesibukan maka belum sempat menulis sampai pada kepengurusan sekarang (2019-2021) yang ingin membuat website masjid yang juga membutuhkandata masjid. Hal ini menyadarkan penulis untuk segera menyelesaikan penulisan sejarah masjid.

Penulis mengalami kesulitan dalam menulis karena banyak pelaku sejarah yang sudah almarhum seperti : Prof. Kadir Suma, Pak Arifuddin, Pak Nurdin Kallo, Pak Ohan Burhanuddin, dan Pak Amin Rum, sementara tidak ada dokumen yang mereka tinggalkan. Dua pelaku sejarah yang masih hidup yaitu Pak Noor (Ketua Panitia Pembangunan), dan Pak Said Wela (Bagian Pembangunan), tetapi ingatannya tentang  waktu sudah kurang akurat, misalnya tentang  tahun berapa peletakan batu pertama. Meskipun demikian keduanya bisa memberikan informasi apa yang dikerjakan pada setiap periode kepengurusan.

Pelaku sejarah sesudah Prof. Kadir Suma yang juga masih hidup adalah Prof. Hanafi Mahtika (Ketua Pengurus yang paling panjang masa baktinya) dan Pak Massuanna Kasim yang telah menjadi bendahara selama 20 tahun. Sayangnya, Prof. Hanafi tidak ada pada waktu sejarah ini ditulis sedangkan pak Massuanna sudah kurang kuat ingatannya.

Sejarah ini juga tidak akan membahas secara detail apa-apa yang dilakukan setiap periode kepengurusan tetapi setidaknya dapat mengemukakan upaya pengurus untuk menghadirkan perkembangan kemajuan masjid pada periodenya.

Penulis juga mengharapkan agar pengungkapan yang belum sempurna dapat dibaca dan disempurnakan pembaca yang lebih tahu hal-hal yang diungkapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para narasumber : Pak Noor, Pak Said Wela, Pak Massuanna, dan Pak Paharuddin. Penulisan sejarah ini bersumber dari informasi mereka.

Makassar,  Januari 2020

Penulis,

H. Abd. Mannan

Ketua 2017-2019

SEJARAH SINGKAT PEMBANGUNAN MASJIDNURUL ILMI KAMPUS UNM GUNUNG SARI BARU MAKASSAR

I. PENDAHULUAN

            Sejarah pembangunan masjid Nurul Ilmi sangat terkait dengan keberadaan Kompleks Perumahan IKIP Ujung Pandang (sekarang UNM) yang berada di Kelurahan Tidung, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Dahulu lebih dikenal dengan nama Kompleks Perumahan IKIP Gunung Sari Baru. Perumahan dibangun di atas hamparan sawah yang pada mulanya terasa terisolasi dari kampus yang berada hanya di sebelah barat Jl. A. P. Pettarani. Nanti setelah kampus dikembangkan ke sebelah timur  Jl. A.P. Pettarani terutama setelah gedung Auditorium Amana Gappa dan Masjid Nurul Ilmi dibangun barulah terasa perumahan menyatu dengan kampus.

            Pemilik rumah di Kompleks Perumahan menempati rumahnya mulai tahun 1978 dan seterusnya.Oleh karena mayoritas mereka beragama Islam maka kebutuhan pokok yang diusahakan adalah rumah ibadah (masjid)yang tidak dibangun developer atau pengambil kebijakan di institusi yang tidak memikirkan untuk keperluan ibadah (shalat berjamaah) maka dibuatlah sebuah mushallah yang berlantai tanah dan berdinding bambu sehingga orang biasa menamainya “Mushalla Bambuddin” ,eniru nama “Restoran Bambooden” yang biasa digunakan warga Kota Makassar untuk tempat resepsi perkawinan, yang juga dihadiri penghuni kompleks.

Mushallah dibangun di Lapangan Segitiga yang diapit oleh tiga blok yaitu blok F2 sebelah utara, blok F3 disebelah selatan, dan blok G3 disebelah timur. Lapangan segitiga tersebut lebih rendah permukaannya dari permukaan ketiga jalan yang mengelilinginya sehingga kalau hujan tergenang air dan masuk ke mushallah yang ada di dalamnya. Ada cerita suatu waktu ketika berlangsung shalat Jum’at tiba-tiba turun hujan, sementara imam panjang bacaan surahnya sehingga sajadah-sajadah jamaah basah, maka semua menyalahkan imam yang tidak mempersingkat bacaannya. Peristiwa ini menyadarkan penghuni kompleks perlunya ada tempat shalat yang lebih representative. Hal ini juga mendorong Pak Noor (Drs. H.M. Noor, MS) berinisiatif membangun masjid. Beliau mengajak teman-teman tepat untuk bergabung seperti Pak Said (Drs. H.M. Said Wela), Pak Arifuddin (Drs. H. Ariefuddin, MS), Pak Amin (Drs.H. Amin Rum, M.Pd.) dan Pak Nurdin Kallo (Drs. H. Nurdin Kallo), melalui pertemuan di rumahnya dibentuklah Panitia Pembangunan Masjid dengan susunan sebagai berikut :

Ketua              :Drs. H.A.Muhammad Noor, MS.

Sekretaris        : Drs. H. Amin Rum, M.Pd.

Bendahara      : Drs. H. Nurdin Kallo

Bagian Pembangunan : Drs. H. M. Said Wela

                                      Drs. H. Ariefuddin, MS.

(nama-nama yang digunakan adalah nama lengkap yang terakhir digunakan)

II. PERKEMBANGAN MASJID NURUL ILMI

Masjid Nurul Ilmi telah dikembangkan beberapa orang ketua pengurus sebagai berikut :

1. Drs. H.A. Muhammad Noor, MS.

2. Prof. Drs. H. Kadir Suma, M.Ed.

3. Prof. Drs. H. Hanafie Mahtika, MS.

4. Prof. Dr. H. Heri Tahir, SH.,MH. (2015-2017)

5. Drs. H. Abdul Mannan, MS (2017-2019)

6. Prof. Dr. H. Asfah Rahman, M.Ed., Ph.D. (2019-2021)

Perkembangan masjid setiap periode kepengurusan sebagai berikut :

A. Periode Kepengurusan Drs. H.A. Muhammad Noor, MS.

            Pak Noor (panggilan akrab dari Drs. H.A. Muhammad Noor, MS) adalah Ketua Panitia Pembangunan Masjid Nurul Ilmi yang pada awalnya disebut Masjid Perumahan Kampus, setelah membentuk panitia pembangunan masjid yang personalianya seperti yang tertulis pada akhir bab pendahuluan beliau menghubungi Rektor IKIP Ujung Pandang (Drs. H. Abdul Kadir) pada waktu itu untuk meminta tempat (tanah) di kampus untuk membangun masjid seluas 75×75 m2. Rektor akhirnya menyetujui memberikan tempat di pojok timur-selatan kampus gunung sari baru. Beliau kemudian mengumpulkan dana dengan menghubungi teman-teman dekatnya seperti Rafiuddin Hamarung, SH pejabat di Kantor Gubernur, beliau mendapat sumbangan 2,5 juta rupiah.

Pada waktu Bustanul Arifin (Kepala Dolog) datang meresmikan Kantor Bulog/Dolog Sulawesi Selatan maka Pak Noor meminta kepada panitia peresmian membawa Bustanul Arifin shalat Jum’at di gedung Serba Guna IKIP Ujung Pandang. Pada kesempatan itu Pak Noor minta sumbangan dan diberi Rp. 5 juta. Pak Noor juga minta sumbangan dari Kanwil Dep. Agama Provinsi Sulawesi Selatan dengan menyampaikan pernyataan Menteri Agama akan menyumbang kalau ada masjid dibangun di kampus sebagai tantangan terhadap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang melarang pembangunan masjid di kampus. Beliau mendapat Rp. 2 Juta. Seorang dosen pendidikan olah raga (Drs. H. Said Muchtar) menyumbang sejumlah besi beton. Dengan adanya sumbangan-sumbangan tersebut maka diadakanlah peletakan batu pertama. Waktunya tidak diketahui tahun berapa. Pak Said Wela pernah menyebut tahun 1982 berdasarkan informasi bahwa sumber dana yang disumbangkan Pak Said Muchtar berasal dari harga penjualan rumah mertuanya. Selanjutnya menurut informasi dari keluarga, rumah itu dijual pada tahun 1982. Angka tahun inilah yang selalu dikutip kalo ada penulisan data masjid misalnya pada waktu pembuatan AD/ART masjid. Tetapi menurut Pak Noor tahun 1980 atau paling jauh tahun 1981, karena beliau merasa masih Dekan FKIE pada waktu itu, periode 1979-1981. Peletakan batu pertama diadakan waktu sore karena Pak Rektor (Drs. H. Abd. Karim) mempertimbangkan larangan Mendikbud (Daud Yusuf) membangun masjid di kampus, Menurut Pak Noor, pada waktu itu Pak Said Mursalim, yang Dekan FKSS sempat berkomentar mengapa pak Rektor lebih takut kepada manusia (Daud Yusuf maksudnya) daripada Tuhan (Allah). Kita simpulkan bahwa pembangunan masjid dimulai antara tahun 1980-1982.

Pembangunan berjalan terus meskipun pelan tergantung pada ketersediaan dana. Menurut Pak Noor ada saja dosen yang menyumbang tetapi jumlahnya hanya puluhan atau ratusan rupiah. Demikianlah pembangunan berjalan terus, masjid sudah berdiri sampai pada pemasangan kubah. Pada waktu itu Mendikbud  yang baru (Nugroho) menuju gedung satelit bersama Rektor (Prof. Dr. H. Paturungi Parawansa) untuk peresmian gedung itu melewati masjid. Pak Nugroho berkata kepada Pak Rektor : “Wah, Pak Rektor sedang membangun bekal ke akhirat”. Ini pertanda bahwa Mendikbud tidak melarangmembangun masjid di Kampus, berbeda dengan pendahulunya.Setelah itu, Pak Rektor memanggil Pak Noor dan bertanya bagaimana cara mempercepat pembangunan masjid. Pak Noor menjawab untuk mempercepat pembangunan Ketua diserahkan kepada PR II (Prof. Drs. H. Kadir Suma,M.Ed.). Pak Rektor menyampaikan bahwa tidak bermaksud  mau mengganti Pak Noor, tetapi Pak Noor tetap pada usahanya dengan mengemukakan argumentasi. Akhirnya Pak Rektor setuju dan berpindahlah kepengurusan kepada Prof. Drs. H. Kadir Suma, M.Ed. Kita tidak menyebutkan tahun berapa karena informasi yang diperoleh hanya informasi yang tidak diungkapkan di atas.

B. Periode Kepengurusan Prof. Drs. H. Kadir Suma, M.Ed.

            Prof. Drs. H. Kadir Suma, M.Ed. didampingi H. Borahima sebagai sekretaris , Drs. H.A. Massuanna sebagai wakil sekretaris, dan Drs. H. Nurdin Kallo sebagai bendahara (info dari Pak Massuanna). Menurut Pak Said Wela semua bangunan di luar masjid dibangun Pak Kadir Suma seperti serambi dan selasar pada sisi selatan, utara dan timur, kemudian gedung TPA/Kantor. Menurut Paharuddin, yang menjadi muadzin sejak periode Pak Kadir Suma. Gedung TPA/Kantor sekarang juga dilengkapi dengan tempat wudhu untuk laki-laki dan perempuan demikian pula WC. Bangunan lain yang diadakan pada periode ini adalah menara yang dipakai sampai tahun 2017.

C. Periode Kepengurusan Prof. Drs. H. Hanafie Mahtika, MS.

D. Periode Kepengurusan Prof. Dr. H. Heri Tahir, SH.,MH. (2015-2017)

E. Periode Kepengurusan Drs. H. Abdul Mannan, MS (2017-2019)

F. Periode Kepengurusan Prof. Dr. H. Asfah Rahman, M.Ed., Ph.D. (2019-Sekarang)

Masjid Nurul Ilmi UNM
Jalan Raya Pendidikan No.2, Gunung Sari, Rappocini, Tidung, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222
Luas Area3.963,825 m2
Luas Bangunan30 x 25 m2
Status LokasiTanah milik UNM
Tahun Berdiri1982